Pernahkah Anda membayangkan bisa membaca notifikasi WhatsApp, menonton IG Reels, alias apalagi melakukan panggilan video langsung dari kacamata Anda? Bukan lagi sekadar impian—Meta baru saja mewujudkannya. Di tengah persaingan sengit perangkat wearable, perusahaan nan dipimpin Mark Zuckerberg ini meluncurkan generasi terbaru kacamata pintarnya nan betul-betul berbeda dari pendahulunya.
Selama ini, kacamata pandai sering kali dianggap sebagai gadget nan separuh hati. Fitur terbatas, kreasi nan kurang stylish, dan tentu saja—tidak adanya layar. Meta Ray-Ban generasi pertama memang sudah membawa terobosan dengan integrasi kamera dan asisten suara, tetapi tetap saja, banyak pengguna nan merasa ada nan kurang. Kini, dengan kehadiran Meta Ray-Ban Display, semua keluhan itu sepertinya terjawab.
Meluncur secara resmi dalam arena tahunan Meta Connect 2025, kacamata pandai kerjasama dengan Ray-Ban ini tidak hanya menawarkan layar in-lens berwarna, tetapi juga dilengkapi dengan gelang kontrol neural nan revolusioner. Dengan nilai $799, apakah produk ini layak disebut sebagai lompatan besar dalam bumi wearable technology? Mari kita telusuri lebih dalam.
Layar Pertama nan Bisa “Hilang” di Mata Pengguna
Salah satu fitur paling dinanti dari Meta Ray-Ban Display adalah kehadiran layar in-lens berwarna. Bukan sembarang layar—resolusinya mencapai 600 x 600 dengan field of view 20 derajat. nan menarik, layar ini berkarakter monocular, artinya hanya tertanam di satu lensa (tepatnya di perspektif kanan bawah). Dengan refresh rate 90Hz, pengalaman visual dijamin smooth dan nyaman.
Meta menyatakan bahwa sinar nan bocor dari layar kurang dari 2%, sehingga orang di sekitar Anda tidak bakal menyadari ketika layar sedang aktif. Ini adalah solusi pandai untuk masalah privasi nan sering dikhawatirkan pengguna. Selain itu, kecerahan layar dapat disesuaikan dari 30 hingga 5.000 nits, membuatnya tetap terbaca apalagi di bawah terik matahari.
Fitur lain nan tak kalah menarik adalah lensa transition nan otomatis menyesuaikan dengan intensitas cahaya. Jadi, Anda bisa menggunakan kacamata ini baik di dalam ruangan maupun di luar tanpa kudu repot mengganti lensa. Untuk gadget seharga $800, fitur semacam ini memang sudah semestinya ada.
Jika layar adalah daya tarik visual, maka Meta Neural Band adalah jiwa dari pengalaman penggunaan kacamata pandai ini. Gelang pandai ini menggunakan teknologi sEMG (surface electromyography) untuk mendeteksi aktivitas otot lembut di pergelangan tangan. Dengan begitu, Anda dapat mengontrol antarmuka kacamata hanya dengan gestur seperti mencubit, menggesek, alias mengetuk.
Inovasi ini memecahkan masalah klasik nan dihadapi oleh nyaris semua produsen kacamata pintar: gimana langkah berinteraksi dengan perangkat tersebut tanpa terlihat asing alias mengganggu? Bayangkan kudu berbincang kepada asisten virtual di tengah keramaian—tentu kurang praktis dan canggung. Dengan Neural Band, semua bisa dilakukan secara diam-diam dan elegan.
Salah satu gestur favorit adalah mencubit untuk zoom saat mengambil foto alias video—mirip dengan nan dilakukan di Apple Vision Pro, tetapi tanpa kamera nan mengintai. nan menggembirakan, gelang ini sudah termasuk dalam paket pembelian seharga $799, jadi tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan.
Daya Tahan Baterai dan Integrasi Aplikasi
Meta menyatakan bahwa Ray-Ban Display dapat memperkuat hingga 6 jam dengan penggunaan normal. Angka ini cukupimpresif mengingat adanya layar dan beragam fitur canggih di dalamnya. Pencapaian ini didukung oleh teknologi “ultra-narrow steelcan batteries” nan tetap misterius tetapi menjanjikan efisiensi tinggi.
Di sisi perangkat lunak, kacamata ini terintegrasi dengan aplikasi terkenal seperti WA dan Instagram. Anda bisa menerima notifikasi pesan, menonton Reels, apalagi melakukan panggilan video tanpa kudu mengeluarkan ponsel. Berbeda dengan generasi sebelumnya nan terbatas pada WhatsApp, sekarang notifikasi dapat diakses baik di perangkat iOS maupun Android.
Seperti pendahulunya, Meta Ray-Ban Display dilengkapi dengan kamera 12MP ultra-wide nan bisa merekam video 1080p pada 30fps. Ada juga zoom digital 3x untuk kebutuhan nan lebih fleksibel. Kamera ini tidak hanya untuk mengambil foto alias video, tetapi juga menjadi mata bagi Meta AI dalam mengenali lingkungan sekitar.
Sayangnya, Meta AI tetap menjadi titik lemah berasas pengalaman generasi sebelumnya. Untuk perintah dasar seperti memotret alias memutar musik, asisten bunyi bekerja dengan baik. Namun, untuk tugas nan lebih kompleks, performanya tetap belum konsisten. Apakah Meta sudah memperbaiki kelemahan ini? Kita tetap kudu menunggu ulasan lebih lanjut.
Meskipun demikian, kehadiran layar dan Neural Band sudah cukup menjadi pembeda signifikan. Bahkan jika AI dan kamera hanya mengalami peningkatan minor, dua fitur utama ini sudah membawa kacamata pandai ke level nan betul-betul baru.
Persaingan di Pasar Kacamata Pintar
Kehadiran Meta Ray-Ban Display tidak hanya menjadi ancaman bagi pesaing langsung seperti Apple nan dikabarkan sedang menggarap kacamata pandai dengan chip unik AI, tetapi juga bagi produk sejenis nan sudah lebih dulu ada. Dengan layar dan metode input nan inovatif, Meta sukses menciptakan diferensiasi nan susah ditandingi.
Selain itu, integrasi dengan ekosistem Meta seperti IG dan WA memberikan kelebihan kompetitif nan jelas. Pengguna nan sudah terlanjur nyaman dengan platform tersebut bakal lebih tertarik untuk mengangkat kacamata pandai ini dibandingkan produk dari merek lain.
Namun, tantangan terbesar tetap pada harga. $799 bukanlah nomor nan murah, dan Meta kudu meyakinkan konsumen bahwa pengalaman nan ditawarkan setara dengan investasi nan dikeluarkan. Apalagi, keberadaan pop-up store Meta untuk kacamata pandai Ray-Ban menunjukkan komitmen perusahaan dalam memasarkan produk ini secara agresif.
Di sisi privasi, rumor seperti pengenalan wajah nan kembali dikembangkan oleh Meta mungkin menjadi perhatian sebagian pengguna. Meskipun fitur ini belum secara definitif disebutkan dalam Ray-Ban Display, tidak menutup kemungkinan bakal diintegrasikan di masa depan.
Dengan segala kelebihan dan tantangannya, Meta Ray-Ban Display datang sebagai jawaban atas permintaan pasar bakal kacamata pandai nan betul-betul “pintar” dan stylish. Layar nan nyaris tak terlihat, kontrol gestur nan revolusioner, dan integrasi aplikasi nan solid menjadikannya produk nan patut diperhitungkan.
Bagi Anda nan selalu mengikuti perkembangan teknologi wearable, produk ini mungkin menjadi salah satu penemuan paling menarik tahun ini. Meskipun harganya cukup tinggi, fitur-fitur nan ditawarkan bisa jadi worth it—terutama jika Anda sudah terbiasa dengan ekosistem Meta. Bagaimana menurut Anda? Apakah kacamata pandai dengan layar adalah masa depan, alias hanya sekadar tren sesaat?